Distan Kapuas Nilai PBS Bukan Penyebab Utama Banjir, Asal Dikelola dengan Baik
KUALA KAPUAS – Perkebunan besar swasta (PBS) di sektor sawit sering kali dikaitkan dengan masalah lingkungan, terutama dalam hal deforestasi dan degradasi lahan. Namun, dalam konteks bencana banjir, perkebunan sawit diperkirakan bukanlah penyebab utama. Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Kapuas, Teguh Setyo Utomo, dalam pernyataannya pada Jumat (14/2/2025).
Teguh menjelaskan bahwa PBS yang dikelola dengan sistem drainase yang baik memiliki kemampuan untuk mengatur aliran air dan mencegah terjadinya genangan. “Perkebunan sawit biasanya dikelola dengan sistem drainase yang cukup baik untuk mengatur aliran air dan mencegah terjadinya genangan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa PBS yang sudah mapan cenderung tidak berkontribusi besar terhadap kerusakan tanah yang bisa memperburuk banjir. “Justru, jika dibandingkan dengan deforestasi liar atau konversi lahan hutan yang tidak terkelola, perkebunan sawit yang sah dan terkelola dengan baik bisa lebih ramah lingkungan,” tambah Teguh.
Penyebab utama dari bencana banjir biasanya lebih berkaitan dengan faktor-faktor seperti perubahan iklim, penebangan hutan secara ilegal, dan konversi lahan yang tidak terencana dengan baik. Namun, Teguh mengingatkan bahwa pengelolaan perkebunan sawit yang tidak bijaksana, terutama yang berlebihan dan mengabaikan prinsip keberlanjutan, berpotensi memperburuk masalah lingkungan, seperti erosi dan rusaknya ekosistem alami yang mendukung penyerapan air.
“Jika tidak dikelola dengan bijak, perkebunan sawit yang tidak memperhatikan keberlanjutan dapat memperburuk masalah, seperti erosi dan kerusakan ekosistem alami yang mendukung penyerapan air,” tegasnya.
Teguh juga menambahkan bahwa untuk mengurangi dampak negatif, PBS yang melakukan pembukaan hutan di daerah pegunungan harus mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang ada, dengan pola tanam yang menggunakan teknik terasering. Teknik ini, yang melibatkan pembuatan teras bertingkat di lahan miring, dapat menangkap air hujan dan mengurangi erosi lahan. Selain itu, luapan air kecil dapat mengalir ke sungai, mengurangi potensi banjir.
Mengenai ekologi lahan, PBS yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan daya serap air dan mengurangi limbah, yang berfungsi sebagai penahan air. Namun, lahan sawit juga membutuhkan banyak air dan dapat mengalami pemadatan tanah, yang dapat memperburuk kondisi jika tidak dikelola dengan benar. “Kondisi ini diperburuk lagi dengan kerusakan lingkungan akibat pengundulan hutan dan aktivitas sektor lain seperti tambang liar,” kata Teguh.
Dia menekankan pentingnya memiliki data yang akurat serta kajian lingkungan yang mendalam untuk memastikan bahwa PBS tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
“Untuk itu, kita harus memiliki data yang valid dan kajian lingkungan yang tepat agar pengelolaan perkebunan sawit dapat dilakukan secara bertanggung jawab,” tutup Teguh Setyo Utomo.
Simak Berita Lainnya dari Cyrustimes dengan Mengikuti di Google Berita