Contoh nyata adalah irigasi yang dibangun tanpa perhitungan matang, hingga air harus dipaksa naik ke atas karena ketinggian di hilir yang tidak sesuai. Ini adalah hasil dari mengabaikan prinsip meritokrasi dalam pembangunan. Pembangunan di Lahat sering kali hanya bertahan sesaat, rusak dalam hitungan hari karena dibangun oleh kontraktor yang hanya mengejar keuntungan, bukan kualitas.
“Kita tidak boleh mengulangi kesalahan sebelumnya. Jika kita gagal, maka kita hanya akan mengulang sejarah yang sama,” tegas Bursah.
Selanjutnya Bursah berharap gagasan besarnya ini dapat tersosialisasi secara massif kepada masyarakat, agar mereka benar-benar mengerti dan memahami arah pembangunan yang akan dibuat.
“Kami ingin visi ini menghujam ke dalam hati, pikiran, dan kesadaran masyarakat, sehingga kita dapat bersama-sama mewujudkan Lahat yang lebih baik,” katanya.
Diakui, memang tidak mudah untuk memberikan pengertian dan menyadarkan masyarakat tentang visi pembangunan yang ditawarkan. Namun, dia percaya bahwa dalam 5 tahun dengan partisipasi rakyat, dapat bersama-sama membangun Lahat. Masyarakat diharapkan semakin cerdas sehingga tidak terjebak pada janji-janji instan atau tergoda oleh politik uang yang merugikan masa depan.
Bursah Zarnubi dalam Pilkada Kabupaten Lahat akan berpasangan dengan Widia Ningsih, perempuan generasi milenial yang dikenal energik dan punya pikiran cerdas. Keduanya merasa memiliki chemistry yang sama dan cita-cita mulia untuk mewujudkan ekonomi yang maju dengan pertumbuhan yang tinggi serta menciptakan lapangan pekerjaan yang luas bagi seluruh masyarakat.
“Bagi kami, inti dari seluruh pembangunan adalah membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Tanpa pekerjaan yang memadai, pembangunan kita gagal, dan sebagai pemimpin, kita pun gagal dalam memenuhi amanah yang diberikan oleh rakyat,” kata Bursah.
Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pengangguran di Lahat masih sangat tinggi. Di bawah kepemimpinan sebelumnya, kesenjangan ekonomi justru semakin melebar. Lahat, yang seharusnya menjadi daerah dengan potensi sumber daya ekonomi yang melimpah, justru berada pada peringkat kedua terburuk dalam hal kemiskinan di Sumatera Selatan.
“Jika kita hanya menjadi Bupati tanpa memberikan perubahan nyata, kita gagal menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang sejati adalah mereka yang mampu menghadirkan perubahan dan memberikan hasil nyata bagi rakyatnya,” kata Bursah.
Kepemimpinan yang ada sebelum ini dinilai tidak mampu membawa perubahan yang diharapkan. Karena itu, pasangan Bursah-Widia merasa terpanggil untuk mengabdikan diri, untuk memperbaiki keadaan yang ada, dan membawa Lahat menuju kemajuan.
“Kami, Bursah Zarnubi dan Widia Ningsih, siap untuk membawa perubahan itu,” tegas Bursah.
Keduanya memiliki tekad dan komitmen yang kuat untuk membangun Lahat menjadi lebih maju, sejahtera, dan berkeadilan.
“Kami akan menata kota dan membangun desa, menciptakan harmoni antara kemajuan perkotaan dan kesejahteraan pedesaan, sehingga seluruh masyarakat Lahat dapat merasakan manfaat pembangunan secara merata,” demikian Bursah Zarnubi. (*)
