Headline

Stadion Kanjuruhan Malang Saksi Bisu Tragedi 1 Oktober 2022, hingga Sejarah Kerajaan

Kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang.(Foto;Istimewa)

Kerajaan Kanjuruhan tertulis dalam prasasti Dinaya yang ditemukan di sebelah barat laut Malang, Jawa Timur. Angka tahunnya tertulis dengan Candrasengkala yang berbunyi Nayama Vayu Rasa atau 682 Caka, setara dengan 760 M.

Mengutip dari buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X tulisan Windriati, S.Pd., isi dari prasasti Dinaya itu menceritakan tentang Kerajaan Kanjuruhan pada abad ke-8 dengan rajanya yang bernama Dewa Simha.

Dewa Simha memiliki seorang putra yang bernama Liswa. Setelah Liswa naik tahta dan menjalani rangkaian upacara abhiseka, namanya berganti menjadi Gajayana.

Selama pemerintahan Gajayana, tempat pemujaan untuk Dewa Agastya didirikan. Kini, bangunan tersebut bernama Candu badut.

Bahkan, disebutkan pula mengenai arca yang terbuat dari kayu cendana yang kemudian diganti menjadi batu hitam. Peresmiannya sendiri dilakukan pada tahun 760.

Raja Gajayana memiliki seorang putri dengan nama Uttejana, ia menjadi pewaris tahta Kerajaan Kanjuruhan bersama suaminya, Pangeran Jananiya.

Pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan

Pusat pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan terletak di Desa Kejuron sekarang ini. Di sebelah utara desa itu, ada Candi Badut yang merupakan peninggalan purbakala Kerajaan Kanjuruhan.

Di bawah pemerintahan Raja Gajayana, kekuasaan Kanjuruhan meliputi daerah lereng timur dan barat Gunung Kawi. Ke utara hingga pesisir laut Jawa.

Keamanan negeri terjamin, tidak ada peperangan, jarang terjadi pencurian dan perampokan karena raja selalu bertindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.

Tutup
Exit mobile version