Pendidikan

Dibalik Viral Toga Kardus Perpisahan Siswa Tunggal SD Negeri di Pedalaman Katingan Kalteng

Resky Fahriadit berdiri sendiri dalam prosesi kelulusan mengenakan Toga Kardus.

Terisolasi dari Peradaban

Akses menuju Desa Rangan Bahekang menjadi tantangan tersendiri. Dari Palangka Raya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, perjalanan memakan waktu lebih dari 12 jam dengan kombinasi transportasi darat dan sungai.

“Kalau berangkat pukul 7 pagi dari Palangka Raya, kami baru tiba di desa sekitar pukul 9 malam,” kata Fery.

Jalan darat menuju Desa Tumbang Sanamang, yang searah dengan desa tersebut, merupakan jalan negara yang kondisinya rusak parah. Dari Tumbang Sanamang, perjalanan dilanjutkan menggunakan perahu kecil melalui sungai berbatu terjal selama sekitar dua jam.

“Di sini kami juga tidak punya akses listrik, hanya mengandalkan tenaga surya. Sinyal komunikasi pun menggunakan tower panel surya yang tidak berfungsi saat mendung,” tambahnya.

Harapan di Tengah Keterbatasan

Seusai lulus, Resky berencana melanjutkan pendidikan ke SMP yang berjarak tempuh sekitar 30 menit dari desanya. Namun, akses jalan yang sulit menjadi kekhawatiran akan menghambat, bahkan memupus, mimpi anak-anak desa untuk meraih pendidikan lebih tinggi.

“Akses jalan, terutama menuju Tumbang Sanamang, sangat sulit. Itu jalan negara dan perlu diperhatikan pemerintah,” ujar Fery.

Desa tersebut juga membutuhkan akses listrik dan sinyal internet yang memadai untuk mendukung digitalisasi pembelajaran. Meski begitu, para guru tetap berupaya memberikan pendidikan terbaik di tengah keterbatasan.

“Kami terus berusaha agar para murid bisa mendapatkan pendidikan yang layak,” kata Fery menutup perbincangan.

Tutup
Exit mobile version