Kematian di Arena Sabung Ayam
Ghalib? Pemuda itu bahkan belum sempat menarik pelatuk. Sebuah peluru tajam merobek tengkuknya. Tubuhnya ambruk, matanya menatap kosong ke arah langit yang mulai menggelap.
Tangan kirinya masih memegang senjata. Tangan kanannya terkapar di tanah, jari-jarinya masih menggenggam harapan yang kini sudah tiada.
Hening. Hanya suara ayam yang berkokok di kejauhan. Ayam-ayam itu masih bertarung, mencabik satu sama lain dengan taji yang dilapisi pisau.
Darah ayam bercampur dengan darah manusia. Tiga nyawa melayang dalam satu arena. Dua jenis darah yang sama merahnya. Tapi beda nilainya.
Jenazah mereka dievakuasi ke RS Bhayangkara. Mobil ambulans menderu di jalanan sempit Karang Manik, menyisakan jejak darah di aspal.
Di rumah sakit, tubuh mereka dibaringkan berjajar. Wajah mereka pucat. Tubuh mereka dingin. Hanya luka tembak yang masih menganga, seolah ingin bercerita tentang pertempuran yang tak adil.
Kapolsek Iptu Lusiyanto, perwira berdedikasi yang pernah memimpin penggerebekan narkoba terbesar di Way Kanan. Kini terbaring tanpa nyawa.
Bripka Petrus Apriyanto, sosok tegas yang dikenal karena keberaniannya menghadapi kelompok kriminal bersenjata. Kini hanya jadi nama di atas nisan.
Bripda Ghalib Surya Ganta, anak muda penuh semangat, yang baru saja merencanakan liburan bersama keluarganya. Kini liburannya abadi.
Mereka gugur. Untuk sabung ayam. Untuk pertempuran yang bahkan ayam pun mungkin bingung memaknainya.
Informasi terakhir, ada pelaku sudah menyerahkan diri. Namun, pihak kepolisian berjanji mengusut tuntas kasus ini.