PALANGKA RAYA – Menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Kalimantan Tengah (Kalteng) terdapat fenomena munculnya pihak yang mengaku sebagai pengamat politik dadakan.
Pasalnya, banyak dari masyarakat mengkhawatirkan, munculnya Pengamat Politik dadakan bisa merusak jalannya PIlkada di Kalteng dengan adanya statement maupun narasi yang menyimpang.
Ada juga yang mempertanyakan kapasitas serta rekam jejak dan latar belakang dari pihak yang mengaku sebagai pengamat politik dadakan tersebut.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Palangka Raya (UPR), Ricky Zulfauzan mengatakan, bahwa fenomena ini merupakan hal yang lumrah.
“Biasa saja itu, maklum tahun politik, lagi pula sekarang gampang cek jejak digital seseorang,” Kata Ricky kepada cyrustimes.
Dia juga menegaskan, bagi siapa saja yang mengaku sebagai seorang pengamat, harus memiliki kopetensi dibidang tersebut.
“Pengamant Politik ya harus lulusan politik, bisa cek di PDDikti untuk melihat asal kampus dan program studi yang ditempuh, bisa juga cek kompetensi seorang dosen atau pengamat di Sinta Kemendikbud, kalau mau lihat rekam jejak dari artikel ilmiah yang ditulisnya bisa cek di Google Scholar,” pungkasnya.
Simak Berita Lainnya dari Cyrustimes dengan Mengikuti di Google Berita
