PALANGKA RAYA – RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Kalimantan Tengah memberikan penjelasan terkait dugaan malapraktik hingga meninggal dunia Abraham Benjamin bayi berusia 23 hari pasca operasi dibagian perut.
Dalam paparannya dalam video wawancara, Divisi pelayanan Kesehatan (yankes) RSUD Doris Sylvanus, dr Anto Fernando Abel memberikan kesimpulan bahwa meninggalnya AB merupakan resiko medis.
Namun, paparan tersebut dibantah oleh ayah dari bayi korban dugaan malapraktik, Afner Juliwarno yang mengatakan pihak RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya telah menjelaskan bisa menghalau resiko medis tersebut.
“Sebelum dia mengatakan hal ini, 3 dokter sudah terlebih dulu menjelaskan ada resiko medis. Tapi, tidak perlu khawatir karena kita punya alat untuk mengatasi dan menghalau hal tersebut, jadi kami sudah tau lebih dulu sebelum anda bicara. Pertanyaan saya,selaku ayah dari almarhum Abraham Benjamin, apa yang di lakukan untuk mencegah resiko medis tersebut?,” ucap Afner, Sabtu 16 Maret 2024.
Afner yang telah geram atas pernyataan RSUD Doris Sylvanus tersebut, telah mempelajari standart pelayanan Kesehatan pasca operasi terhadap bayi dibawah 1 bulan.
“Menurut beberapa ahli dan dokter spesialis anak maupun dokter spesialis bedah anak dan Sistem Mekanisme Prosedur NICU yang di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, bayi usia 0-28 hari yang mengalami resiko tinggi wajib masuk NICU. NICU inilah satu-satu nya cara menangkis dan mencegah resiko medis pasca operasi besar,” papar Afner.
Ia juga mempertanyakan statement dr Anto Fernando Abel yang dinilai membual di depan puluhan wartawan pada saat memberikan pernyataan.
“Anda mengatakan bahwa kematian anak saya resiko medis. Namun, anda berharap pasien pulang dengan keadaan sembuh, tapi anda juga mengatakan bahwa tidak semua bayi yang mengalami kondisi berat di masukan ke NICU, anak saya mengalami kondisi berat dari resiko medis, infeksi, jantung dan paru bocor, albumin rendah, trambosit,kalium, calcium ahhhh pokok nya banyak pak dokter. Kondisi berat seperti apa yang boleh masuk NICU,coba sebutkan dengan spesifik dok,” tutur Afner.
Menurut Afner, statement dari dr Anto dalam video itu akan menjadi bukti bahwa pihak RSUD Doris Sylvanus sudah mengetahui akan resiko medis.
“Namun kalian (RSUD Doris) sengaja tidak memasukkan anak saya pasca operasi besar ke ruangan NICU dengan alasan tidak semua kondisi berat di masukan. Kondisi berat yang seperti apa yang boleh masuk NICU? Apa ketika anak itu sudah di ambang pintu kematian baru masuk NICU? Kalau ini yang dimaksud, dokter berbohong kalau mau pasien bayi pulang dengan kondisi sembuh,” jelasnya.
Selain mempertanyakan tidakan pasca operasi, Afner juga menyinggung terkait status sang dokter yang merupakan bukan spesialis dibidangnya.
“Kedua, anda bukan dokter spesialis bedah anak dan juga spesialis bedah, penjelasan anda mempermalukan profesi anda sebagai seorang dokter, perlu di ingat anda tidak berkompeten menjelaskan prosedur pemotongan usus bayi karena anda bukan dokter spesialis bedah anak,” ujarnya.
