CYRUSTIMES, PALANGKA RAYA – Anggota DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng), Sutik, mendesak pemerintah daerah segera mengevaluasi pelayanan di RSUD dr. Murjani Sampit. Desakan ini muncul setelah adanya laporan pasien meninggal dunia akibat dugaan keterlambatan proses rujukan ke rumah sakit di Palangka Raya.

Menurut laporan, pasien dalam kondisi kritis meninggal setelah menunggu proses rujukan selama hampir 10 jam sejak tiba di RSUD Murjani pada Minggu malam, 20 Juli 2025, hingga Senin dini hari.

“Kemarin itu sudah saya komunikasi juga ke RSUD Murjani,” ujar Sutik kepada wartawan, Kamis, 24 Juli 2025.

Politisi Gerindra dari Dapil II Kotim–Seruyan itu juga mengungkapkan pengalaman pribadinya yang kurang menyenangkan terkait pelayanan rumah sakit tersebut. “Saya dulu juga pernah jadi korban. Orang tua saya baru masuk, ditanya sakitnya apa, lalu diberi minum obat tapi tidak disiapkan air. Keselek dan meninggal dunia. Waktu itu saya sempat emosi, namanya orang tua,” ungkapnya.

Meski mengakui ada perbaikan dalam pelayanan rumah sakit beberapa tahun terakhir, Sutik menegaskan evaluasi menyeluruh tetap perlu dilakukan. “Evaluasi itu wajib. Kalau dibandingkan dulu, sekarang memang sudah lebih baik, tapi masih banyak yang perlu diperbaiki,” katanya.

Ia juga menyoroti minimnya tenaga medis dan mendorong kehadiran rumah sakit swasta di Sampit agar tercipta persaingan positif dalam pelayanan kesehatan. “Perlu rumah sakit swasta supaya ada saingan. Kalau pelayanan di swasta bagus, rumah sakit umum juga pasti ikut berbenah,” ujarnya.

Menurut Sutik, fasilitas medis di RSUD Murjani sudah cukup memadai, namun jumlah tenaga kesehatan masih kurang. “Alatnya sudah lengkap, tapi tenaganya yang kurang,” tambahnya.

Sebelumnya, salah satu keluarga pasien berinisial RN (29) mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambatnya proses rujukan. Ia menyebut keluarganya tiba di RSUD Murjani sekitar pukul 18.30 WIB dan dinyatakan harus segera dirujuk ke Palangka Raya, namun proses rujukan baru dilakukan sekitar pukul 04.00 WIB keesokan harinya.

“Kami menunggu lama, cuma diberi oksigen, padahal sudah ada diagnosa dari Hanau,” kata RN.

Tragisnya, pasien meninggal dunia sekitar pukul 00.30 WIB sebelum sempat dirujuk. Ia juga mempertanyakan apakah penggunaan BPJS Kesehatan memengaruhi kecepatan layanan. “Apa karena pakai BPJS, makanya lambat?” ujarnya.

Kasus ini menambah sorotan terhadap pelayanan kesehatan di daerah dan diharapkan menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk memperkuat sistem rujukan serta pengawasan terhadap fasilitas kesehatan publik di Kalimantan Tengah.

Simak Berita Lainnya dari Cyrustimes dengan Mengikuti di Google Berita