PALANGKA RAYA – Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat selama Ramadan 1446 Hijriah berdampak langsung pada inflasi di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat terjadinya inflasi signifikan pada bulan Maret 2025, yang dipicu oleh lonjakan permintaan terhadap bahan makanan pokok dan komoditas tertentu.
Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, mengungkapkan dalam konferensi pers di Kantor BPS Kalteng, Selasa (8/4), bahwa inflasi bulanan (month-to-month) Kalteng mencapai 1,71 persen, sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 1,65 persen.
“Permintaan yang meningkat terhadap bahan makanan, terutama bumbu-bumbuan seperti cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih, menjadi penyumbang utama inflasi Ramadan. Banyak pedagang musiman yang berjualan lauk berbuka puasa, yang turut meningkatkan konsumsi masyarakat,” ujar Agnes.
Selain bumbu dapur, tarif listrik dan harga emas perhiasan juga turut menyumbang inflasi. Agnes menjelaskan bahwa harga emas cenderung melonjak menjelang Idulfitri karena tingginya permintaan masyarakat untuk membeli perhiasan sebagai bagian dari tradisi lebaran.
BPS juga mencatat bahwa tarif listrik menjadi penyumbang utama inflasi di Kalteng, dengan andil sebesar 1,30 persen, diikuti oleh kenaikan harga cabai rawit (0,15 persen), bawang merah (0,08 persen), emas perhiasan (0,04 persen), dan mie kering instan (0,03 persen).
Meski terjadi inflasi, beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga atau deflasi, antara lain daging ayam ras, bayam, ikan nila, ikan peda, dan kangkung.
