Sejarah Tjilik Riwut Pahlawan Nasional Hingga Gubernur Pertama Kalimantan Tengah
Ia juga berhasil mewakili 185.000 rakyat, yang terdiri dari 142 Suku Dayak, 145 kepala kampung, 12 kepala adat, 3 panglima, 10 patih, dan 2 tumenggung dari pedalaman Kalimantan. Dimana, Tjilik bersumpah setia kepada pemerintah RI secara adat dihadapan Presiden Soekarno di Gedung Agung Yogyakarta, 17 Desember 1946. Selain sebagai pejuang, Tjilik merupakan penulis handal. Latar belakang sebagai jurnalis mengasah ketrampilannya dalam menulis.
Beberapa karya yang ditulis oleh Tjilik Riwut yakni, Makanan Dayak (1952), Sejarah Kalimantan (1952), Kalimantan Memanggil (1958), Memperkenalkan Kalimantan Tengah dan Pembangunan Kota Palangka Raya (1962), Manaser Panatau Tatu Hilang (1965).
Di awal Kemerdekaan RI, Tjilik mulai mendapatkan kepercayaan berkarir di bidang politik. Pada 1950, Tjilik menjadi Bupati Kotawaringin Timur dan Bupati Kepala Daerah Swantara Tingkat II Kotawaringin Timur pada tahun 1951 – 1956. Karir birokrasinya makin meroket, Tjilik menjadi Gubernur Pertama Kepala Daerah Tingkat I, Kalimantan Tengah.
Ia mengubah Pahandut menjadi Palangkaraya dan dijadikan sebagai ibu kota Kalimantan Tengah. Roeslan Abdoelgani, mantan Wakil Ketua Dewan Nasional mengatakan bahwa Tjilik Riwut pernah mengajukan pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya.
Saat itu pertimbangannya, posisi Palangkaraya berada di titik tengah Indonesia, sehingga aman dari ancaman negara lain. Tantangan pemindahan ibu kota tersebut adalah belum adanya jalur transportasi yang memadai meskipun gagasan tersebut diterima oleh seluruh anggota Dewan Nasional.