SITUBONDO – Miris sekali bilamana ada Sekolah yang tidak pernah tersentuh, baik oleh Pemerintah Daerah maupun DPRD. Kepala Sekolah SD Sain Jatim Situbondo Wati Sulasmi Ningsih menunjukkan beberapa Sarana dan Prasarana (Sarpras) serta proses belajar dan mengajar di Sekolahnya, Kamis 27 juli 2023.
“Dulu pernah dapat bantuan dari CSR berupa sepatu dan papan tulis,” kata Kasek mengawali pembicaraan.
Diketahui, semua fasilitas yang digunakan untuk proses belajar dan mengajar anak didiknya mayoritas menggunakan potongan bambu. Mulai dari kursi belajar, meja belajar, bahkan ruang kelasnya berdinding potongan bambu kering kerontang tak layak pakai.
SD Sain Jatim tersebut juga menyediakan SMP untuk melanjutkan pendidikan anak didiknya. Karena, dengan keterbatasan anak didik yang lulusan SD Sain ketika melanjutkan pendidikannya ke SMP lain, mungkin sulit untuk diterima dengan berbagai alasan.
Padahal, Kabupaten Situbondo ini mendapat predikat layak anak yang merupakan penilaian terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, seperti kelembagaan, pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, infrastruktur ramah anak, dan informasi layak anak.
Untuk lokasinya, SD Sain Jatim Situbondo atau Sekolah inklusi berada di Dusun Pareaan Selatan, Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan. Dengan jumlah anak didik 34 orang keseluruhan, yakni SD 25 dan SMP 9 peserta didik.
Kepala Sekolah (Kasek) SD Sain Jatim Situbondo Wati Sulasmi Ningsih diruang kantornya yang berdinnding bambu tidak layak dipakai itu mengatakan, sejak berdirinya sekolah pada tahun 2012 hingga sekarang memang tidak pernah dapat bantuan dari pemerintah, dirinya sering mengajukan proposal bantuan. Namun, tidak pernah digubris.
”Saya sudah capek dan malu mas, mengajukan proposal bantuan. Padahal, dengan kondisi yang seperti ini, banyak orang bilang seperti kandang ayam, cuma saya tetap legowo dan sabar,” curhatnya sembari penuh kesedihan.
Wati Sulasmi saat dikonfirmasi juga menjelaskan bahwa, ia mencari cara meski harus rela mencari banyak donatur untuk mencukupi kebutuhan operasional dalam kegiatan sekolah. Seperti, honor guru dan biaya kurikulum. Satu bulan membutuhkan operasional minimal 7 jt.
”Dari donatur terkadang hanya dapat sumbangsih 10 rb, 25 rb mas, ada yang permanen dan ada pula yang hanya saat itu saja,” kata dia
Saya berharap ada perhatian dari Pemerintah terhadap Sekolah kami, soal biaya operasional atau sarana dan prasarana yang sangat tidak layak untuk dijadikan tempat mengajar dan belajar anak didik kami, tutupnya penuh harap.
