SITUBONDO — Di balik hijaunya rimba yang menjanjikan kehidupan, sebuah pengkhianatan massal tengah berlangsung. Hutan lindung di KPH Bondowoso, yang seharusnya menjadi benteng terakhir alam, kini luluh lantak digerogoti kejahatan terorganisir.

Ratusan, bahkan ribuan, pohon dihancurkan tanpa ampun, bukan oleh alam, melainkan oleh tangan-tangan serakah yang ironisnya, diduga dilindungi oleh mereka yang seharusnya menjaga.

Pusat dari tragedi ini adalah seorang perangkat desa berinisial MH, yang dituding sebagai dalang kejam di balik kehancuran ini. Namun, yang paling mengerikan adalah dugaan bahwa MH tidak beraksi sendirian. Ia diduga dilindungi oleh oknum aparat dan petinggi Perhutani.

Seorang pejuang lingkungan berani sekaligus Koordinator Kelompok Tani Hutan (KTH) Situbondo bernama Rosi mengungkapkan bahwa kejahatan ini bukanlah hal baru. Praktik pembalakan liar telah terjadi sejak 2019, dan kini kembali bangkit di 2025—seolah-olah kematian alam tak pernah cukup, Minggu (17/08/25).

Rosi mencium adanya “main mata” yang busuk antara MH dan petinggi Perhutani, khususnya Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Kendit.

Bagaimana mungkin ribuan pohon bisa hilang tanpa ada sanksi? Sementara untuk kasus sepele, hanya 10 pohon hilang pun bisa langsung dijatuhi hukuman? Keheningan dari pihak berwenang ini bukan sekadar kelalaian; ini adalah sinyal terang-terangan adanya kolusi.

“Laporan kepada polisi dan aparat penegak hukum di Jawa Timur lenyap ditelan bumi. Puncaknya, MH dan Kepala Dusun bahkan sempat diperiksa secara mencurigakan di sebuah hotel mewah, bukan di kantor polisi,” ungkapnya.

Gubernur
Wali Kota
Bupati
Diskominfo
Disbun
Disdik
Dishut
Alman