Tragis, Timnas Dibantai Australia 1-5

Foto: Ilustrasi Timnas Indonesia, dok| Rosadi Jamani, Ketua Satupena Kalbar

Dua menit kemudian, gawang Indonesia kembali koyak. Nishan Velupillay menari-nari di kotak penalti, lalu mengirim bola masuk ke gawang. Skor 2-0.

Saat itu, penonton mulai galau. Mau tetap nonton atau lebih baik bantu istri cuci piring. Mau maki-maki, tapi masih puasa. Akhirnya, mereka memilih diam, duduk termenung, meratapi nasib.

Lalu, Jackson Irvine ikut berpesta. 3-0! Babak pertama berakhir, dan air mata lebih deras mengalir dibanding keringat pemain di lapangan. Para fans mulai mempertanyakan eksistensi mereka di dunia ini.

Di babak kedua, Australia makin sadis. Lewis Miller menambah penderitaan Indonesia. Skor 4-0! Patrick Kluivert mulai terlihat seperti mahasiswa yang baru sadar bahwa tugas akhirnya ditolak dosen.

Fans sudah mulai pasrah. Ada yang memutuskan tidur lebih cepat. Ada yang tiba-tiba ingat belum setor tugas kantor. Ada pula yang mendadak ingin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Tapi akhirnya, ada secercah harapan! Ole Romeny mencetak gol di menit 71. 1-4. Para fans yang masih bertahan sempat berteriak, tapi suara mereka sudah lelah, seperti seorang pria yang mencoba menjelaskan sesuatu ke pacarnya yang sedang marah.

Namun, kebahagiaan itu hanya seumur jagung. Di menit 90, Irvine kembali menghancurkan sisa-sisa harga diri Timnas. Skor akhir: 1-5. Waktu berbuka puasa pun terasa hambar.

Es teh manis tak lagi terasa manis. Kurma yang biasa nikmat kini hanya terasa seperti kenangan pahit. Para fans bingung, ini Timnas apa tim tarkam?

Padahal, dulu saat masih dipegang Shin Tae Yong dengan dominasi pemain lokal, kita bisa menahan imbang Australia. Kini, dengan “pemain Eropa” dan pelatih kelas dunia, malah jadi bahan tertawaan.

Tutup