Menanti Koalisi PKS, Demokrat, dan Nasdem
Kampanye Gubernur Anies yang nanti semakin intensif bersama bakal partai pengusungnya setelah menyelesaikan tugas di Jakarta juga akan semakin cepat menaikkan elektabilitasnya. Momentum tersebut sekaligus dapat dimanfaatkan untuk menggerek popularitas caleg dan memanaskan mesin politik partai pengusung. Sementara, partai lainnya masih sibuk dengan timbang-menimbang.
Setelah masa jabatannya berakhir pada tahun ini, Anies akan memiliki keleluasaan untuk berkampanye sebagai calon presiden. Tentunya, kesempatan ini merupakan keuntungan di tengah kandidat capres lain yang masih terikat pada jabatan-jabatan publik tertentu.
Kedua, deklarasi koalisi ini lebih cepat akan memberikan kejelasan untuk bakal calon legislatif (bacaleg) di lapangan untuk bekerja lebih awal terkait dengan tema, wacana, dan figur nasional yang akan mereka kedepankan. Lebih cepat koalisi ini digaungkan, lebih banyak waktu memperkuat identifikasi ketokohan dan narasi yang diusung dengan diri calon anggota legislatif.
Ketiga, semua partai mau ikut dalam kompetisi calon presiden. Dengan semakin banyak partai yang sudah mendeklarasikan koalisinya, ruang gerak untuk membangun kerja sama juga semakin sempit. Sementara, ikut masuk belakangan dengan koalisi yang sudah terbentuk, meski dimungkinkan, akan membuat partai seperti Nasdem, PKS, dan Demokrat minim posisi tawar. Membentuk poros sendiri tentu lebih menguntungkan.
Keempat, segera mengumumkan koalisi memberikan kepastian bagi partai anggota koalisi untuk ikut pilpres. Godaan dan tekanan dari luar untuk menggagalkan koalisi ini tampaknya tidak terhindari. Ketika partai-partai sudah mantap, deklarasi formal dan nota kesepahaman bisa menjadi pengikat yang legitimate. Kesepahaman tersebut bakal memunculkan tekanan psikologis partai untuk saling menjaga koalisi.