[Opini] Paradoks Daun Sawit, Oksigen?
Jika merujuk, yang boleh jadi menjadi dasar argumen Presiden Prabowo Subianto menggunakan data Perbandingan Kemampuan Penyerapan CO2 antara Sawit Versus Hutan dan Tanaman Hutan oleh Santosa dkk, (2023) dalam Naskah Akademik Kelapa Sawit sebagai Tanaman Hutan Terdegradasi yang disusun oleh Fakultas Kehutanan IPB dan APKASINDO, yang sempat mengisi perdebatan publik di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tanaman sawit lebih tinggi kemampuannya, karena memiliki rata-rata laju penyerapan karbon dioksida sebesar 51,9 Mg CO2 eq/Ha/Tahun dan sedangkan hutan yang dibudidayakan memiliki rata-rata 51,1 Mg CO2 eq/Ha/Tahun yang berarti berselisih 0,8 Mg CO2 eq/Ha/Tahun.
Selain data yang disampaikan di atas, agar lebih komprehensif (seperti perkataan presiden). Saya membandingkan hasil penelitian terkait kemampuan laju penyerapan CO2 pada perkebunan kelapa sawit dan hutan lindung. Anisa & Nuh Bambang (2024), dalam Prosiding Seminar Nasional yang melakukan penelitian di PT. Waimusi Agroindah pada tanaman sawit berumur 15 tahun dengan menggunakan 3 plot ukur. Kemudian Muzdalifah dkk (2023), dalam Jurnal Penelitian Saintek yang juga melakukan penelitian di Hutan Lindung Gunung Damar Gorontalo dengan 3 stasiun ukur yang terdiri dari Vegetasi Hutan Damar, Hutan Campuran dan Hutan Pinus. Seperti ditampilkan pada tabel dan gambar diagram berikut ini:
Perbandingan Serapan Equivalen CO2 (ton/ha) | ||||||
Plot | Kebun Sawit (Umur 15 tahun) | Rata-rata Ø Batang (cm) | Stasiun Vegetasi | Hutan Lindung (Tegakan Pohon) | Rata-rata Ø Batang (cm) | |
1 | 145,31 | >68 | Hutan Damar | 687,23 | >30 | |
2 | 162,44 | >68 | Hutan Campuran | 493,74 | >30 | |
3 | 160,79 | >68 | Hutan Pinus | 136,95 | >30 |
Keterangan: Hasil Rekapitulasi Penulis, Ø = Diameter