Bahkan ciri khas Gen Z terbaru yang selalu menjadi perbincangan yaitu “fomo”, suatu istilah yang menggambarkan tentang orang-orang yang ikut ramai merespon suatu hal tanpa mengetahui substansinya.
Fenomena yang paling dikhawatirkan lagi, generasi muda saat ini terbuai dalam hiburan sesaat, sehingga tidak begitu berorientasi untuk meningkatkan kualitas diri.
“Situasi semacam inilah yang kemungkinan besar akan membawa bangsa kita pada situasi yang mencemaskan,’bebernya.
Namun di lain sisi, secara ideal tentu kita harus optimis bahwa Indonesia akan mencapai usia emas 2045, dengan predikat sebagai negara maju. Lantas pemuda seperti apa yang mampu mewujudkan situasi Indonesia demikian?
Bung Karno misalnya, selalu menaruh optimisme pada pemuda yang suka berdiskusi. Kemudian Bung Hatta sepanjang usianya terus mendekatkan dirinya dengan buku. Sedangkan Tan Malaka mengartikan kemanusiaan sebagai rasa, kemampuan memahami apa yang orang lain rasakan.
“Dengan demikian, saya berkesimpulan bahwa pemuda ideal yang diharapkan mampu membawa Indonesia menuju cita-citanya yaitu mereka yang memiliki wawasan luas yang diperoleh dari diskusi-diskusi kritis dan persentuhannya dengan berbagai referensi bacaan, baik buku, jurnal, dan sejenisnya,”ujarnya.
“Tidak sebatas kecerdasan, namun mereka mempunyai keikhlasan untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara. Mereka peka, dan tanggap terhadap problem-problem yang terjadi. Kemudian mereka memiliki tekad yang kuat untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan problematika tersebut,”tambahnya.
