Cyrustimes.com,Jakarta–Kurang dari setahun jelang pemilu serentak 2024, PDIP masih belum mengumumkan nama bakal calon yang akan diusung dalam Pilpres 2024.

Sebagai parpol pemenang Pemilu 2019, PDIP memang menjadi satu-satunya pemegang tiket ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold.

Namun hingga saat ini belum ada kejelasan nama yang akan diusung sebagi suksesor Presiden Joko Widodo. Apabila berkaca dari sejumlah pengalaman PDIP dalam menghadapi kontestasi politik, maju sendiri tanpa menggunakan kendaraan koalisi sudah menjadi hal biasa, terutama dalam kontestasi pilkada.

Salah satunya dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018. Saat itu, PDIP berani menjagokan Tubagus Hasanuddin dan Anton Charliyan yang notabene kader sendiri tanpa berkoalisi dengan partai lain.

Konsekuensi atas keputusan PDIP untuk maju sendirian dalam Pilgub Jabar tersebut, membuat kandidat yang diusung finis di urutan empat atau paling buncit. Bahkan, pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan hanya mendapatkan suara 2.773.078 atau 12,62 persen.

Keputusan serupa juga dilakukan PDIP dalam Pilkada Sumatera Utara saat mengusung pasangan calon Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus.

PDIP tergolong berani mengusung Djarot yang bukan warga asli Sumatera Utara dan hanya berkoalisi dengan PPP. Meski kalah dalam pilkada, tapi PDIP berhasil menguasai DPRD Sumatera Utara dengan mendudukkan wakilnya sebanyak 19 kursi dan salah seorang di antaranya menjadi ketua.

Selain dalam urusan kandidat, PDIP juga berani beda sendiri dengan parpol penghuni Senayan dalam uji materi UU Pemilu di Mahkamah Konstitusi. PDIP menghadapi 8 partai parlemen yang menolak sistem pemilu berubah dari proporsional terbuka menjadi tertutup.

Pertanyaannya, apakah di pilpres mendatang, PDIP akan mengusung konsep yang sama seperti di Pilgub Jawa Barat dan Sumatera Utara? Selain karena tiket presidential threshold sudah di tangan, PDIP juga memiliki sejumlah kader yang memiliki elektabilitas mumpuni untuk diusung, mulai dari Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini hingga Puan Maharani.

Bukan Konsep Koalisi, tapi Gotong Royong

Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto membantah, bila partainya memiliki rencana untuk maju sendirian dalam Pilpres 2024. Namun, Hasto tidak mengakui konsep koalisi.

Dia memilih frasa gotong royong atau kerja sama politik dalam proses pengusungan bakal capres. Hasto mengisahkan mengenai proses Pilpres 2014 saat mengusung Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Menurut dia, PDIP rela berbesar hati untuk membangun kerja sama dengan partai lain. “Kalau kami mau ngotot-ngototan, ketika kami mengusung Jokowi dan JK, kami sendirian. Tapi buktinya kami juga membangun kerja sama dengan partai lain,”kata Hasto di Sekolah Partai PDIP pada Kamis (3/2/2023).

Saat dikonfirmasi alasan mengapa PDIP terus menunda pengumuman bakal capres dan tidak segera mengumumkan nama, Hasto beralasan partainya sedang bekerja.

Menurut dia, PDIP lebih memilih kerja di bawah daripada harus segera mengumumkan nama calon tanpa disertai kerja nyata.”Ya melihat momentum, kan ini kaitannya dengan nasib rakyat,” jelasnya.